Sabtu, 06 Januari 2018

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENIGKATKAN KECERDASAN ANAK

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENIGKATKAN KECERDASAN ANAK
Oleh
Jefri Amin M

Abstrak

Penanaman karakter melalui permainan tradisional dapat dilihat melalui permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo ewaewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian aspek yang terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan, kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen, dapat berkembang dengan baik sejak usia dini.

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Apabila diberdayakan dengan sebaik-baiknya maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya Pemerintah dalam memberdayakan sumber daya manusia adalah mengelola sektor pendidikan menjadi lebih profesional. Sektor pendidikan yang paling dasar dalam pembentukan pribadi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Pendidikan anak sangat penting dilaksankan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan undang -undang  diatas maka Pendidikan karakter  tersebut seharusnya sudah ditnanamkan sejak anak usia dini dimana anak berada pada usia emas . Pendidikan karakter karena interaksi pertama kali anak dengan orang lain terjadi dalam lingkungan keluarga.
Sedangkan sekolah adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter, karena kontribusi dan peran guru disini sangat dominan. Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawa b moral untuk mendidik anak menjadi pintar dan cerdassesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat. Peran guru sangat strategis dalam pembentukan pribadi anak karena tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Tugas guru sebagai pendidik adalah membantu anak mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi anak dan masyarakat juga memiliki karakter dan kepribadian yang baik yang sesuai dengan tujua n pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia(UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003).
Pendidikan karakter pada anak usia dini akan menyebabkan anak usia dini akan matang dalam mengolah emosinya. Kecerdasa n emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak usia dini menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan baik secara akadem is maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan adanya  modernisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat, hal ini juga mempengaruhi kehidupan anak usia dini.
Dampak positif dalam pembelajaran dapat kita rasakan, anak usia dini sudah sangat akrab dengan penggunaan gadget untuk berkomunikasi, belajar dan bermain. Akan tetapi dampak positif tersebut juga diikuti dengan dampak negatif, yakni penyalahgunaan fasilitas gadget tersebut apabila tidak ada kontrol dari orang tua, guru maupun masyarakat di lingkungan anak usia dini.
Ada  berbagai macam permainan yang dapat meningkatkan kreativitas, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anakanak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan.
Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas kebudayaan suatu bangsa maka, pendidikan karakter bisa dibentuk melalui permainan tradisonal sejak usia dini. Karena selama ini pendidikan karakter kurang mendapat penekanan dalam sistem pendidikan di Negara kita. Pendidikan budi pekerti hanyalah sebatas teori tanpa adanya refleksi dari pendidikan tersebut. Dampaknya, anak-anak tumbuh menjadi manusia yang tidak memiliki karakter, bahkan lebih kepada bertingkah laku mengikuti perkembangan zaman namun tanpa filter.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan karakter anak usia dini tersebut,maka diperlukan metode pengembangan pendidikan karakter yang tidak keluar dari fitrah anak. Pengembangan dan penanaman karakter dapat dimulai sejak usia dini melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dengan cara bermain. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam diri setiap anak, oleh karena itu bermain dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam menanamkan karakter sejak dini. Melalui bermain anak tidak akan merasakan suatu paksaan dalam melakukan sesuatu, karena ciri utama bermain adalah menyenangkan bagi anak dan dilakukan tanpa paksaan. Membangun karakter pada anak melalui kegiatan bermain diharapkan akan dapat memberikan pengalaman mental bagi anak dalarn membentuk kepribadiannya di masa depan.

PEMBAHASAN

2.1.     Pendidikan Karakter
Karakter adalah istilah yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai), yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dalam Encyclopedia of Pcychology, didefinisikan “ character as the habitual mode of bringing into harmony the task presented by internal demands and by the external word, it is necessarly a fungtion of the constant, organized, and integrating part of the personality which is called ego”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakter adalah sifat, watak, tabiat, budi pekerti atau akhlak yang dimiliki seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat membedakan perilaku, tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain. Jadi meskipun karakter memang berbeda direlung paling dalam sisi bathin manusia namun karakter dapat terlihat atau terdeteksi, karena dapat ditampilkan  oleh seseorang lewat perilakunya sehari-hari. 
Pengertian karakter di atas tampaknya sama dengan pengertian akhlak dalam pandangan Islam. Menurut pandangan Islam, akhlak adalah sifat yang berada dalam jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan secara tidak sadar dan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Anis Matta menjelaskan, akhlak adalah nilai yang telah menjadi sikap mental yang mengakar pada jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan berbagai macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Perbuatan seseorang akan menjadi karakter atau akhlak apabila dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan (Al-Ghozali n.d.).
Dalam pengembangan pendidikan karakter diperlukan prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan landasan dan pijakan pemikiran dalam menyelenggarakan pendidikan karakter agar berjalan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip dasar ini memberikan arah ke mana dan bagaimana seharusnya pendidikan karakter dilaksanakan dalam dunia pendidikan.
Karakter dasar anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini adalah karakter yang mempunyai nilai permanen dan tahan lama, yang diyakini berlaku bagi semua manusia secara universal dan bersifat absolut (bukan bersifat relatif), yang bersumber dari agamaagama di dunia. Dalam kaitannya dengan nilai moral absolut ini, Lickona menyebutnya sebagai “the Golden Role”.21 Contoh Golden Role adalah jujur, adil, mempunyai integritas, cinta sesama, empati, disiplin, tanggung jawab, peduli, kasih sayang dan rendah hari. Karakter dasar merupakan sifat fitrah manusia yang diyakini dapat dibentuk dan dikembangkan melalui metode-metode pendidikan tertentu seperti pendidikan karakter.
Banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga Pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
2.2.     Permainan Tradisional
Pelestarian seni dan permainan tradisional sebagai salah satu bentuk kekayaan budaya nusantara memang harus bersikap adil, dalam arti dapat memberi perhatian sesuai dengan kebutuhan.Wujudu pelestarian seni dan permainan tradisional dapat dilakukan dalam bentuk kontrol (pengawasan) dan supporting dari masyarakat. Tanpa hal itu, pelestarian tidak dapat dilakukan secara maksimal. Apabila seni tradisional tersebut memiliki kendala dalam hal pengembangan dan pelestarian, baik tidak adanya wadah untuk berkesenian atau kepedulian generasi muda setempat yang rendah, maka perlu kerja ekstra dan perhatian serius terutama dari peran pemerintah untuk merevitalisasikan seni budaya tradisional agar dikenal dan dapat berkembang.       
Langkah sederhana yang tak kalah pentingnya adalah memberi pengertian tentang seni tradisional itu sendiri, baik dalam hubungannya dengan sesama seni tradisional di dalam wadah budaya Indonesia, maupun seni tradisional dalam kaitannya dengan bagian dari seni global. Tanpa memberi pengertian yang jelas, dikhawatirkan akan muncul pemahaman yang keliru sehingga menganggap bahwa seni tradisional adalah sesuatu yang kuno, yang tidak bergengsi, norak, udik, sehingga tidak perlu dilestarikan. Pemahaman yang keliru juga bisa menyebabkan orang menjadi tidak peduli pada setiap seni tradisional terutama permainan tradisional yang sekarang sudah mulai ditinggalkan dengan permainan (gadget modern), yang secara tidak langsung akan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap generasi mendatang menjadi generasi yang kurang memahami tata aturan dan norma di masyarakat.
Setiap permaian tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan anak baik kecerdasan intelektual, spiritual maupun emotional.Hal ini sangat berbeda sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini. Beberapa pesan moral yang dapat disampaikan oleh permainan tradisional : 
  1. Permainan tradisional mengajarkan untuk berbagi kepada sesama teman, karena permainan menuntut mereka untuk berinteraksi langsung dengan lawan main. 
  2. Masing-masing pemain harus dapat bersikap sportif pada setiap permaian yang dilakukan dan harus dapat menerima jika dia kalah. 
  3. Setiap pemain harus menyelesaikan setiap permainan dari awal sampai akhir permainan, tidak boleh berhenti di tengah permainan (tidak boleh putus asa).
  4. Masing-masing pemain akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya).


2.3.     Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Permainan Tradisional Dalam Meningkatkan Kecerdasan Anak
Pada hakikat pendidikan karakter dan pengertian bermain maka perlu dikembangkan pendidikan karakter pada anak usia dini melalui metode bermain. Melalui bermain anak dapat berpura-pura menja di seperti yang diinginkan atau dicita-citakan, melalui bermain pengenalan dan menanama n kepriba dian yang 1nenjad i bibit awal pembentukan karakter dapat dilakukan. Saat bermain anak tidak akan merasakan paksaan dalam menentukan suatu sikap yang mungkin akan menjadi watak dari kepribadian nya di masa depan.
Bagi anak-anak, bermain memiliki manfaat yang sangat penting, bermain bukan hanya untuk kesenangan tetapi j uga suatu kebutuha n yang harus dipenuhi. Melalui kegiatan bermain, anak dapat belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Anak-anak biasanya mengalami masa-masa peka, dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengem bangan seluruh potensi. Masa ini  adalah  masa yang sangat bagus dan cocok untuk meletakkan dasar pertumbuhan dalam mengemba ngkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilai- nilai agama.
Permainan tradisional dapat meningkatkan kecerd asan dan kreativitas anak. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya.
Permainan tradisional merupakan basil  budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan. Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas kebudayaan suatu bangsa, maka pendidikan karakter bisa dibentuk melalui permainan tradisonal seja k usia dini.
Interaksi anak-anak dalam permainan akan membangkitkan kemampuan anak untuk menilai mana yang baik dan tidak baik atau dengan kata lain akan memberikan pengaja ran moral bagi anak. Permainan tradisional mampu menumbuhkan nilai sportivitas, kejuju ran, dan gotong royong.
Permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena perm ainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Oleh karena itu, permainan tradisional anak-anak ju ga dapat dianggap sebagai aset budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahanakan keberadaan nya dan identitasnya di tengah kumpulan masyarakat yang lain.

 Menurut (Andriani 2012) pengaruh dan manfaat permainan tradisonal terhadap perkemba ngan jiwa anak adalah:
  1. Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang atau benda-benda bahkan tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal ini mendorong mereka lebih kreatif menciptakan alat permainan.
  2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain anak-anak akan melepaskan emosinya. Merka berteriak, tertawa dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.
  3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak yaitu: kecerdasan natural anak, kecerdasan spasial anak, kecerdasa n musikal anak, kecerdasan spritual anak dan kecerdasan lainnya.
Permainan tradisional yang cukup beragam perlu digali dan dikembangkan karena mengandung nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong-royongan. Dengan permainan tradisional anak­anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama, kecerdasan sosial, bahasa, dan fungsi motorik.


PENUTUP

Kesimpulan
Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Age(masa keemasan),  di mana pada masa ini semua potensi anak berkembang paling cepat. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi anak adalah dengan bermain. Salat satu permainan yang bisa digunakan dalam bermain anak adalah permainan tradisional, karena  permainan tradisional mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak menjalani kehidupan bermasyarakat. Adapun manfaat permainan tradisonal dalam membentuk karakter anak diantaranya yaitu: kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong royongan. Dengan permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik.
Saran
Permainan Tradisional dapat juga dilakukan atau dimainkan di rumah, tidak hanya di sekolah. Hal ini juga bisa menjadi jalan untuk mengenalkan kembali permainan tradisional yang sudah tergeser keberadaannya oleh mainan-mainan modern, serta dapat menanamkan nilai-nilai kejujuran. Orang tua bisa menjadi pendamping untuk anak dalam bermain.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghozali, Imam. Ihya’ Ulum Al-Din. Beirut: Dar Al-Fikr.Tt.
Andriani, Tuti. 2012. “Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini.” Sosial Budaya 9: 1.
Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building; Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mansur. 2012. “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini.” : 1.
Matta, M. Anis. 2006. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.
Sukirman, Dkk. 2004. “Permainan Tradisional Jawa.” In Yogyakarta.
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.


0 komentar

Posting Komentar