PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL
UNTUK MENIGKATKAN KECERDASAN ANAK
Oleh
Jefri Amin M
Abstrak
Penanaman karakter melalui permainan tradisional dapat
dilihat melalui permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo
ewaewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian aspek yang
terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama), Wirogo
(psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang tertanam dalam
diri anak seperti kerjasama, kebersamaan, kreatifitas, tanggung jawab,
demokrasi, percaya diri, komitmen, dapat berkembang dengan baik sejak usia
dini.
PENDAHULUAN
Sumber daya
manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia
yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki potensi sumber
daya manusia yang sangat besar. Apabila diberdayakan dengan sebaik-baiknya maka
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya
Pemerintah dalam memberdayakan sumber daya manusia adalah mengelola sektor
pendidikan menjadi lebih profesional. Sektor pendidikan yang paling dasar dalam
pembentukan pribadi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Pendidikan anak sangat
penting dilaksankan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara
utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria
terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan undang
-undang diatas maka Pendidikan
karakter tersebut seharusnya sudah
ditnanamkan sejak anak usia dini dimana anak berada pada usia emas . Pendidikan
karakter karena interaksi pertama kali anak dengan orang lain terjadi dalam
lingkungan keluarga.
Sedangkan sekolah
adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter,
karena kontribusi dan peran guru disini sangat dominan. Tujuan utama pendidikan
adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual,
emosional, dan spiritual. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung
jawa b moral untuk mendidik anak menjadi pintar dan cerdassesuai dengan harapan
orang tua dan masyarakat. Peran guru sangat strategis dalam pembentukan pribadi
anak karena tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Tugas guru
sebagai pendidik adalah membantu anak mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat
bagi anak dan masyarakat juga memiliki karakter dan kepribadian yang baik yang
sesuai dengan tujua n pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik
untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia(UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional 2003).
Pendidikan
karakter pada anak usia dini akan menyebabkan anak usia dini akan matang dalam
mengolah emosinya. Kecerdasa n emosi adalah bekal terpenting dalam
mempersiapkan anak usia dini menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan
baik secara akadem is maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan
adanya modernisasi dan
perkembangan teknologi menyebabkan perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat,
hal ini juga mempengaruhi kehidupan anak usia dini.
Dampak positif
dalam pembelajaran dapat kita rasakan, anak usia dini sudah sangat akrab dengan
penggunaan gadget untuk berkomunikasi, belajar dan bermain. Akan tetapi dampak
positif tersebut juga diikuti dengan dampak negatif, yakni penyalahgunaan
fasilitas gadget tersebut apabila tidak ada kontrol dari orang tua, guru maupun
masyarakat di lingkungan anak usia dini.
Ada berbagai macam permainan yang dapat
meningkatkan kreativitas, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan
tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya Permainan tradisional
merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anakanak dalam rangka
berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana
berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan.
Permainan tradisional
merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas kebudayaan suatu
bangsa maka, pendidikan karakter bisa dibentuk melalui permainan tradisonal
sejak usia dini. Karena selama ini pendidikan karakter kurang mendapat
penekanan dalam sistem pendidikan di Negara kita. Pendidikan budi pekerti
hanyalah sebatas teori tanpa adanya refleksi dari pendidikan tersebut.
Dampaknya, anak-anak tumbuh menjadi manusia yang tidak memiliki karakter,
bahkan lebih kepada bertingkah laku mengikuti perkembangan zaman namun tanpa
filter.
Untuk
merealisasikan tujuan pendidikan karakter anak usia dini tersebut,maka
diperlukan metode pengembangan pendidikan karakter yang tidak keluar dari
fitrah anak. Pengembangan dan penanaman karakter dapat dimulai sejak usia dini
melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dengan cara bermain. Bermain
merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam diri setiap anak, oleh karena itu
bermain dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam menanamkan karakter
sejak dini. Melalui bermain anak tidak akan merasakan suatu paksaan dalam
melakukan sesuatu, karena ciri utama bermain adalah menyenangkan bagi anak dan
dilakukan tanpa paksaan. Membangun karakter pada anak melalui kegiatan bermain
diharapkan akan dapat memberikan pengalaman mental bagi anak dalarn membentuk
kepribadiannya di masa depan.
PEMBAHASAN
2.1.
Pendidikan Karakter
Karakter adalah
istilah yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai),
yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dalam Encyclopedia of Pcychology, didefinisikan “ character as the habitual mode of bringing into harmony the task
presented by internal demands and by the external word, it is necessarly a
fungtion of the constant, organized, and integrating part of the personality
which is called ego”.
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa karakter adalah sifat, watak, tabiat, budi pekerti atau
akhlak yang dimiliki seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat membedakan
perilaku, tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain. Jadi
meskipun karakter memang berbeda direlung paling dalam sisi bathin manusia
namun karakter dapat terlihat atau terdeteksi, karena dapat ditampilkan oleh seseorang lewat perilakunya
sehari-hari.
Pengertian
karakter di atas tampaknya sama dengan pengertian akhlak dalam pandangan Islam.
Menurut pandangan Islam, akhlak adalah sifat yang berada dalam jiwa yang
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan secara tidak sadar dan tanpa
melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Anis Matta menjelaskan,
akhlak adalah nilai yang telah menjadi sikap mental yang mengakar pada jiwa,
lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural,
dan refleks. Akhlak merupakan sifat
yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan berbagai macam perbuatan dengan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Perbuatan seseorang akan
menjadi karakter atau akhlak apabila dilakukan secara berulang-ulang dan
menjadi kebiasaan (Al-Ghozali n.d.).
Dalam pengembangan
pendidikan karakter diperlukan prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan
landasan dan pijakan pemikiran dalam menyelenggarakan pendidikan karakter agar
berjalan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip dasar ini memberikan arah ke mana
dan bagaimana seharusnya pendidikan karakter dilaksanakan dalam dunia
pendidikan.
Karakter dasar
anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini adalah karakter yang mempunyai
nilai permanen dan tahan lama, yang diyakini berlaku bagi semua manusia secara
universal dan bersifat absolut (bukan bersifat relatif), yang bersumber dari
agamaagama di dunia. Dalam kaitannya dengan nilai moral absolut ini, Lickona
menyebutnya sebagai “the Golden Role”.21 Contoh Golden Role adalah jujur, adil,
mempunyai integritas, cinta sesama, empati, disiplin, tanggung jawab, peduli,
kasih sayang dan rendah hari. Karakter dasar merupakan sifat fitrah manusia
yang diyakini dapat dibentuk dan dikembangkan melalui metode-metode pendidikan
tertentu seperti pendidikan karakter.
Banyak
pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga Pendidikan formal.
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan
berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu,
gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik
melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
2.2.
Permainan Tradisional
Pelestarian seni
dan permainan tradisional sebagai salah satu bentuk kekayaan budaya nusantara
memang harus bersikap adil, dalam arti dapat memberi perhatian sesuai dengan
kebutuhan.Wujudu pelestarian seni dan permainan tradisional dapat dilakukan
dalam bentuk kontrol (pengawasan) dan supporting dari masyarakat. Tanpa hal
itu, pelestarian tidak dapat dilakukan secara maksimal. Apabila seni
tradisional tersebut memiliki kendala dalam hal pengembangan dan pelestarian,
baik tidak adanya wadah untuk berkesenian atau kepedulian generasi muda
setempat yang rendah, maka perlu kerja ekstra dan perhatian serius terutama
dari peran pemerintah untuk merevitalisasikan seni budaya tradisional agar
dikenal dan dapat berkembang.
Langkah sederhana
yang tak kalah pentingnya adalah memberi pengertian tentang seni tradisional
itu sendiri, baik dalam hubungannya dengan sesama seni tradisional di dalam
wadah budaya Indonesia, maupun seni tradisional dalam kaitannya dengan bagian
dari seni global. Tanpa memberi pengertian yang jelas, dikhawatirkan akan
muncul pemahaman yang keliru sehingga menganggap bahwa seni tradisional adalah
sesuatu yang kuno, yang tidak bergengsi, norak, udik, sehingga tidak perlu
dilestarikan. Pemahaman yang keliru juga bisa menyebabkan orang menjadi tidak
peduli pada setiap seni tradisional terutama permainan tradisional yang sekarang
sudah mulai ditinggalkan dengan permainan (gadget modern), yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap generasi mendatang
menjadi generasi yang kurang memahami tata aturan dan norma di masyarakat.
Setiap permaian
tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan anak baik
kecerdasan intelektual, spiritual maupun emotional.Hal ini sangat berbeda
sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini. Beberapa pesan moral
yang dapat disampaikan oleh permainan tradisional :
- Permainan tradisional mengajarkan untuk berbagi kepada sesama teman, karena permainan menuntut mereka untuk berinteraksi langsung dengan lawan main.
- Masing-masing pemain harus dapat bersikap sportif pada setiap permaian yang dilakukan dan harus dapat menerima jika dia kalah.
- Setiap pemain harus menyelesaikan setiap permainan dari awal sampai akhir permainan, tidak boleh berhenti di tengah permainan (tidak boleh putus asa).
- Masing-masing pemain akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya).
2.3.
Penerapan Pendidikan Karakter
Melalui Permainan Tradisional Dalam Meningkatkan Kecerdasan Anak
Pada
hakikat pendidikan karakter dan pengertian bermain maka perlu dikembangkan
pendidikan karakter pada anak usia dini melalui metode bermain. Melalui bermain
anak dapat berpura-pura menja di seperti yang diinginkan atau dicita-citakan,
melalui bermain pengenalan dan menanama n kepriba dian yang 1nenjad i bibit
awal pembentukan karakter dapat dilakukan. Saat bermain anak tidak akan
merasakan paksaan dalam menentukan suatu sikap yang mungkin akan menjadi watak
dari kepribadian nya di masa depan.
Bagi anak-anak,
bermain memiliki manfaat yang sangat penting, bermain bukan hanya untuk
kesenangan tetapi j uga suatu kebutuha n yang harus dipenuhi. Melalui kegiatan
bermain, anak dapat belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Anak-anak biasanya mengalami masa-masa peka, dimana anak mulai
sensitif untuk menerima berbagai upaya pengem bangan seluruh potensi. Masa ini adalah
masa yang sangat bagus dan cocok untuk meletakkan dasar pertumbuhan
dalam mengemba ngkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilai- nilai agama.
Permainan tradisional dapat
meningkatkan kecerd asan dan kreativitas anak. Permainan tradisional merupakan
simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam
fungsi atau pesan dibaliknya.
Permainan
tradisional merupakan basil budaya yang
besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi,
berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat,
keterampilan, kesopanan serta ketangkasan. Permainan tradisional merupakan
salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas kebudayaan suatu bangsa, maka
pendidikan karakter bisa dibentuk melalui permainan tradisonal seja k usia
dini.
Interaksi
anak-anak dalam permainan akan membangkitkan kemampuan anak untuk menilai mana
yang baik dan tidak baik atau dengan kata lain akan memberikan pengaja ran
moral bagi anak. Permainan tradisional mampu menumbuhkan nilai sportivitas,
kejuju ran, dan gotong royong.
Permainan
tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap
remeh, karena perm ainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan
kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Selain
itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan
yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Oleh karena
itu, permainan tradisional anak-anak ju ga dapat dianggap sebagai aset budaya,
sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahanakan keberadaan nya dan
identitasnya di tengah kumpulan masyarakat yang lain.
Menurut (Andriani 2012)
pengaruh dan manfaat permainan tradisonal terhadap perkemba ngan jiwa anak
adalah:
- Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang atau benda-benda bahkan tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal ini mendorong mereka lebih kreatif menciptakan alat permainan.
- Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain anak-anak akan melepaskan emosinya. Merka berteriak, tertawa dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.
- Mengembangkan kecerdasan majemuk anak yaitu: kecerdasan natural anak, kecerdasan spasial anak, kecerdasa n musikal anak, kecerdasan spritual anak dan kecerdasan lainnya.
Permainan
tradisional yang cukup beragam perlu digali dan dikembangkan karena mengandung
nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong-royongan.
Dengan permainan tradisional anakanak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan,
sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan
tubuh manusia. Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan
aspek pengembangan moral, nilai agama, kecerdasan sosial, bahasa, dan fungsi
motorik.
PENUTUP
Kesimpulan
Salah satu periode
yang menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Age(masa keemasan), di mana pada masa ini semua potensi anak
berkembang paling cepat. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi anak adalah
dengan bermain. Salat satu permainan yang bisa digunakan dalam bermain anak
adalah permainan tradisional, karena
permainan tradisional mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi
anak menjalani kehidupan bermasyarakat. Adapun manfaat permainan tradisonal
dalam membentuk karakter anak diantaranya yaitu: kejujuran, sportivitas,
kegigihan dan kegotong royongan. Dengan permainan tradisional anak-anak bisa
melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang
secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, permainan
tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai
agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik.
Saran
Permainan
Tradisional dapat juga dilakukan atau dimainkan di rumah, tidak hanya di
sekolah. Hal ini juga bisa menjadi jalan untuk mengenalkan kembali permainan
tradisional yang sudah tergeser keberadaannya oleh mainan-mainan modern, serta
dapat menanamkan nilai-nilai
kejujuran. Orang tua bisa menjadi pendamping untuk anak dalam bermain.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghozali, Imam. Ihya’ Ulum Al-Din. Beirut: Dar Al-Fikr.Tt.
Andriani, Tuti. 2012. “Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak
Usia Dini.” Sosial Budaya 9: 1.
Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building;
Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mansur. 2012. “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini.” : 1.
Matta, M. Anis. 2006. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta:
Al-I’tishom Cahaya Umat.
Sukirman, Dkk. 2004. “Permainan Tradisional Jawa.” In Yogyakarta.
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
0 komentar
Posting Komentar